Selasa, 07 Februari 2012

skripsi penjas


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangakan olahraga di Indonesia pada akhir-akhir ini Nampak makin meningkat. Usaha pemerintah untuk menggalakan olahraga pada masyarakat sudah dapat dilihat dari hasil kejuaraan-kejuaraan, dan mengingkatnya aktivitas olahraga masyarakat yang dilakukan diberbagai tempat. Hal ini Nampak dengan adanya kegiatan-kegiatan gerak jasmani yang semakin banyak dilakukan oleh masyarakat. Olahraga adalah alat pemersatu dan perjuangan bangsa, oleh karena itu pemerintah menganggap penting untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, sehingga akan berkembang menjadi gerakan keolahragaan dengan motto “Tiada hari tanpa olahraga”(Engkos kosasih :1985: 345)pendidikan jasmani di sekolah merupakan dasar yang baik bagi perkembangan olahraga di luar sekolah. Pendidikan jasmani serta olahraga dapat dengan sengaja dan sadar kita arahkan pada suatu tujuan tertentu,yaitu kepada pendidikan seluruh pribadi anak. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat di pisah-pisahkan keduanya sangat erat hubungannya dan saling mempengaruhi. Engkos kosasih berpendpat bahwa:
“Pendidikan jasmani adalah persamaan (simponi) dari pendidikan dan struktur persekutuan hidup modern yang menyebabkan pendidikan jasmani menjadi satu kebutuhan yang perlu dan harus ada. maka pendidikan jasmani patut disesuaikan benar dengan kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosiologis anak”. (Enok Kosasih, 1985:6)
Dilihat dari keberhasilan olahraga di Indonesia nampaknya hamper mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi perlu adanya peningkatan prestasiinilah nantinya nama bangsa dan Negara akan lebih dikenal dunia dalam bidang olahraga. Seperti kita ketahui cabang olahraga tinju, panahan, dan bulu tangkis sudah pernah mengharumkan nama bangsa. Sehingga timbul suatu pertanyaan apa penyebab atau hambatan pada paermainan bola basket yang sudah memasyarakat ini belum dapat menunjukan prestasi yang diharapkan oleh bangsa indonesiia. Dengan dasar pemikiran untuk memajukan olahraga khususnya permainan bola basket maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dibidang keolahragaan khususnya pada cabang olahraga bola basket.
Menurut sejarah perkenbangan olahraga bola basket di Indonesia pada tahun 1948 yaitu pada pesta olahraga PON yang peertama permainan bola basket diikutkan pada peertandingan. Dibandingkan dengan Negara-negara lain tim kita masih tertinggal jauh, hal ini dapat dibuktikan pada event-event internasional yang diikuti oleh indonesa belum Nampak adanya prestasi yang membanggakan. Untuk iyu perlu adanya pemikiran yang serius dalam mengenai pembinaan olahraga agar apa yang diinginkan menjadi kenyataan yaitu kemajuan olahraga bola basket.
Pemilihan pemain belum dapat menjamin sepenuhnya terhadap pencapaian prestasi yang diharapkan , tetapi masih memerlukan perlakuan perlakuan khusus terhadap karakteristik-karakteristik pemain yang dapat diubah dan ditingkatkan kwalitasnya melalui status proses latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan cabang olahraga yang diketahuinya.
Dalam permainan bola basket didukung oleh kecepatan reaksi yang tinggi akan menguntungkan pula dengan ukuran panjang tungkai yang sama perlu didukung oleh kecepatan reaksi yang lebih tinggi, hal tersebut diatas digambarkan bahwa prestasi bola basket selain ditingkatkan juga harus didukung pula dengan potensi-potensi tubuhnyang dapat diubah atau ditingkatkan kwalitasnya. Selain itu factor yang lain dalam permainan basket harus dikuasai oleh seorang pemain bola basket
Aip syariffuddin tahun (1985), menyatakan unsur-unsur yang harus dikuasai seorang pemain bola basket adalah :
1. Lempar tangkap bola
2. Mendribbel
3. Shooting
4. Olah kaki
5. Lari zigzag
Pendapat diatas dapat dikatakan bahwa motif berprestasi yang tinggi yang menguntungkan dari atau didukung oleh kualitas fisik tertentu dan beberapa faktor. kalaupenulis paparkan disini ada beberapa faktor yang sangat menunjung maju tidaknya olahraga basket antara lain program latihan, sarana, prasarana, postur tubuh, kesehatan dan gizi yang terjamin.
Dalam upaya mengingkatkan prestasi cabang olahraga bola basket ini cukup banyak faktor-faktor yang berkaitan misalnya, pemain itu sendiri, sarana dan prasarana yang ada, pelatih, latihan teknik dan taktik selain itu tak lupa pula kondisi fisik. Mengenai pemain atau bibit olahragawan atau olahragawati bias didapatkan dari perkumpulan oilahraga atau di sekolah-sekolah tinggal bagaimana cara memilih atlet yang baik. Telah kita ketahui bahwa di sekolah merupakan gudang atlet yang tak ada habis-habisnya. Selain itu untuk menciptakan pemain yang baik tidak cukup membutuhkan waktu satu ataau dua hari saja melainkan dalam waktu yang lama.
Dalam memperoleh latihan baik itu latihan teknik atau taktik akan memperkuat untuk memupuk disiplin, sportivitas, berani bekerjasama dan tanggung jawab karena dalam permainan bola basket ada perturan-peraturannya. Menurut Engkos Kosasih pengaruh physiologis dalam latihan olahraga yang teratur adalah:
1. Terhadap perototan
2. Terhadap peredaran darah
3. Terhadap jalannya pernafasan
4. Terhadap pencernaan makanan
5. Terhadap persyarafan dan kelenjar Endokrin (Engkos Kosasih,1985:9)
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan mapun pemeliharaan sedangkan komponen kondisi fisik tersebut adalah :
1. Kekuatan (strength)
2. Daya tahan (endurance)
3. Daya ledak (Muscular power)
4. Kecepatan (speed)
5. Daya lentur (Pleksibility)
6. Kelincahan (agility)
7. Koordinasi (coordination)
8. Keseimbangan (balance)
9. Ketepatan (accuracy)
10. Reaksi (Reaction). (M. Sojoto, 1990:8)
Dalam usaha atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal, persiapan atlet bukan hanya ditekankan pada penguasaan teknik dan taktik saja tetapi kondisi fisik yang sempurna merupakan syrat yang penting bagi atlet bola basklet kondisi fisik atlet perlu penjagaan dan peningkatan secara continue untuk menghadapi latihan dan pertandingan diharapkan atlet selalu dalamkeadaan kondisi yang sempurna dalam menghadapi pertandingan ,agar tidak merugi prestasi individu dan ragunya seorang atlet apabila seorang atlet atau lebih memiliki kondisi fisik yang jelek pada saat pertandingan maka prestasi regu ter sebut akan menurun secara keseluruhan. Akibatnya dapat menurunkan mental tinm, sehingga prestasi tim sangat mencolok menurunnya. Kondisi fisik yang perlu penjagaan dan peningkatan atlet bola basket adalah sebagai berikut:
1. Power (daya ledak); berguna untuk melompat guna memasukan bola maupun merebut bola
2. Speed off reaktion (kecepatan reaksi) berguna dalam kecepatan reaksi gerakan baik untuk penyerangan dan pertahanan
3. Stamina, kemampuan daya tahan tinggi untuk melakukan permainan bola dalam waktu yang tertentu untuk melakukan permainan bola basket dengan tempo tinggi, prekwensi tinggi, tenaga tinggi dan produktif dalam waktu yang tertentu dalam bola basket dalam permainan yang cepat
4. Agility (kelincahan) untuk merubah arah dalam pengambilan pisi pada saat bermain
5. Fleksibility (kelenturan sendi-sendi) agar kelihatan lues gerakan-gerakannya sehinga timbul seni gerak dalam permainan bola basket (Hadi Nugroho :5)
Dari pemikiran diatas maka perlu di kaji suatu hasil latihan yang telah dihasilkan untuk dapat suatu evaluasi dalam menanganin peningkaatan prestasi bola basket di Indonesia. Maka diadakan penelitian tentang hubungan antara kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.
B. Rumusan Masalah
Dalam permainan bola basket untuk mencapai prestasi yang diharapkan banyak hal yang mempengaruhinya. Bertititk tolak dengan hal diatas, ada berapa permasalahan yang perlu dan sesuai dengan judul yang penulis ajukan sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain bola basket?
2. Adakah hubungan antara kelenturan dengan keterampilan pada pemain bola basket?
3. Adakah hubungan antara kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble pada pemauin basket?
C. Hipotesis
Merupakan dugaan sementara sebelum melakukan suatu penelitian guna melihat hubungan yang saling mrningkat antara keceptan dan kelenturan dengan keterampilan dribble bola baskaet pada pemain basket maka dikemukakan hipotesisi sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribel bola basket pada pemain bila basket.
2. Ada hubungan antara kelentukan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.
3. Ada hubungan antara kecepatan dan kelentukan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.
D. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, untuk menguji hipotesis diatas, maka penulis menetapkan variable sebagai berikut:
a. Variable bebas
X1 yaitu kecepatan
X2 yaitu kelentukan
b. Variable terikat
Yaitu keterampilan mendribbel bola basket.
2. Difinisi Operasional Variable
Guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda tentang pengertian yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan operasional dari masing-maasing variable. Batasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan untukmelakukan gerakan-gerakan yang sejenis yang berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk menempuh satu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya(Harsono, 1988:216)
b. Kelentukan
Fleksibility adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak yang seluas-luasnya. Latihan senam dalam bentuka peregangan otot, sendi-sendi sangat penting (Engkos kosasih, 1985:48)
c. Dribble
Dribble adalah cara membawa bola dalam permainan bola basket sambil berjalan maupun berlari (H. Aip Syariffudin, 1977:102)
E. Tujuan Penelitian
Didalam melaksanakan segala sesuatu pekerjaan haruslah mempunyai suatu tujuan, sehingga tidak ada suatu penyimpangan yang dapat mencapai sasarannya begitu juga pad apelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan tertentu:
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran tentang hubungan antara kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket
b. Untuk mengetahui hubungan antara kelenturan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.
F. Pentingnya Penelitian
Pentingnya penelitian inidapat dikembangkan sebagai berikut:
1. Dalam bidang teori diharapkan dalam penelitian ini menjelaskan informasi empiric yang dapat memperkaya teori-teori
2. Para atlet yang ingin menekuni olahraga bola basket.
3. Para Pembina olahraga bola basket dalampemilihan atlet yang perlu dikembangkan selanjutnya.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Pustaka
Permainan bola basket diciptakan oleh James A.Nasimith di Amerika Serikat pada tahun 1891, atas anjuran dari Dr. Luther Halsey Gulick, seorang sekretaris nasoional dari YCMA (Young Men’s Christian Association) jurusan pendidikan jasmani.
James A. Naismith adalah seorang direktur dari Springfield College di Massachusttes, Amreika Serikat. J.A. Naismith memikirkan suatu bentuk permainan yang dianjurkan oleh Dr. Luther, yaitu bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam ruangan (gedung) yang mudah dipelajari, dimainkan, serta menarik dan menyenangkan. Akhirnya James A. Naismith berhasil menciptakan suatu bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam ruangan. Permainan ini diberi nama Basket Ball (Bola Basket). Pada awalnya James A. Naismith melakukan permainan itu dengan keranjang sebagai sasarannya, diletakan di sudut ruangan.
Permainan bola basket pertama kali dimainkan oleh 9 pemain setiap regunya, sedangkan keranjangnya diletakan di sudut ruangan. Cara memainkannya, bola tidak boleh di bawa lari, tetapi harus dioper-operkan kepada temannya dan pihak lawan boleh merebutnya. Setiap regu berusaha kepada temannya dan pihak lawan boleh merebutnya. Setiap regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya ke keranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukan bola sebanyak-banyaknya ke keranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukan bola ke keranjangnya. Pada waktu itu, permainan bola basket sangat digemari sehingga cepat berkembang. Akhirnya, timbul perubahan dalam permainan itu, baik jumlah maupun letak keranjangnya, perubahan itu sebagai berikut :
(1) Jumlah pemain yang semula 9 orang di ubah menjadi 7 orang untuk setiap regunya.
(2) Awalnya keranjang diletakan ditengah-tengah garis lapangan belakang
Setelah diadakan perubahan, ternyata peman bola basket semakin ramai dan para pemainnya semakin gesit sehingga jumlah pemain sebanyak 7 orang dianggap terlalu banyak. Oleh karena itu, jumlah pemain diubah menjadi 5 pemain setiap regunya, berlaku sampai sekarang. (H. Aip Syaiffudin, 1997:95)
1. Sejarah Olahraga Bola Basket
Cabang olahraga basket yang sekarang ini sudah berkembang dengan baik hampir diseluruh dunia termasuk juga indonesia, walaupun sudah dikethui bahwa olah raga ini sudah berkembang baik di negara indonesia namun belum menjadi permainan yang favorit bagi masyarakat kita atau dengan kata lain belum memasyarakat seperti cabang olahraga yang lain.
Untuk itu perlu pemikiran dan upaya kita agar suatu saat nanti olahraga basket menjadi salah satu cabang olahraga yang di gemari oleh masyarakat kuas, baik tua maupun mudah laki-laki maupun perempuan.
Pada tahun 1904 cabang olahraga basket yang pertama kali di uji cobakan pada pesta olah raga Olympiade ke 111 di St.Louis A merika Serikat, kemudian tahun 1936 ditampilkan pada pesta olympiade x11 di Berlin.
Olahraga basket yang sudah banyak dikenal oleh kaum pria maupun wanita, dalam perkembangannya tahun 1976 mulai dipertandingkan untuk wanita yaitu pada pesta Olympiade di Monreal.
2. Perkembangan Bola Basket di Indonesia
Sebagaimana cabang olahraga yang lain olahraga basket juga mengalami perkembangan cukup baik, akan tetapi bila dibandingkan dengan olahraga yang lain tentunya dirasakan bahwa olahraga ini masih kalah memasyarakat. Tentunya kita menyadari bahwa olahraga basket memerlukan sarana dan prasarana yang cukup memadai sehingga dengan demikian merupakan kendala yang sulit diatasi. Dengan adanya perkembangan jaman pada masa kini berkembang pesat.
Prestasi olahraga bola basket Indonesia sampai saat ini masih belum bisa berbicara banyak di tingkat Internasional. Banyak kendala yang menyebabkan hal tersebut, misalnya masalah pembibitan, kompetisi yang belum memenuhi standar pembinaan, serta sarana dan prasarana. Selain itu masalah kondisi fisik, teknik, dan pengamalan bertanding juga masih tertinggal dengan negara lain yang sudah maju perbolabasketannya. Karena itu tim Indonesia yang diterjunkan ke pertandingan Internasional meskipun sudah dipersiapkan dengan biaya yang besar, bahkan dilatih diluar negeri atau mendatangkan pelatih dari luar negeri hesilnya belum seperti yang diyharapkan. Kenyataan ini menunjukan bahwa untuk mencapai suatu prestasi olahraga banyak pihak yang harus dilibatkan. Jadi proses pencapaian prestasi olahraga memerlukan usaha dari berbagai pihak yang akan mengelola pemain yang potensial dalam cabang olahraga bola basket dan diperlukan waktu yang relatif lama atau disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Secara teoritis antara pelatih dan pemain memiliki ketergantungan yang saling menguntungkan. Hal ini dapatlah dikatakan bahwa pemain yang berpotensi tinggi tidak akan dapat mencetak pemain yang berprestasi di tingkat internasional apabila pemain yang dibinanya mampu melakukan usaha-usaha yang sesuai dengan kemampuan optimal, dan kemampuan optimal setiap pemain berbeda-beda. Oleh karena itu dicari cara-cara yang tepat untuk memperoleh pemain yang mempnyai kemampuan seperti yang diharapkan. Dalam hal ini H. Anwar Pasau (1986) menyatakan :
Memimilih atlet yang akan dibina dalam suatu cabang olahraga merupakan masalah utama dan pertama yang perlu diperhatikan. Apabila atlet yang dipilihnya kurang ideal dan kurang sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya maka mustahil dapat diharapkan pencapaian prestasi yang prima, walaupun pembina ditunjang dengan program yang baik, dana yang cukup, pelatih yang kualitas, prasrana dan sarana yang mempunyai persyaratan teknis, karena prestasi olahraga atlit itu 70-80% ditentukan oleh atlet itu sendiri. Untuk itulah maka pemilihan atlet yang akan datang dan dibina dalam suatu cabang olahraga harus betul-betul sesuai dan ideal denga cabang olahraga tersebut, agar prestasi maksimal dapat dicapai dan segera terwujud.
Selanjutnya pada bab ini dibahas tentang landasan berfikir terhadap masalah dan proses penelitian ini secara keseluruhan. Pembahasan terutama dititik beratkan pada berbagai aspek yang berkaitan dengan penelitian, yakni kecepatan, kelenturan, menggiring bola basket (mendribble) dan hubungan antara kecepatan dan keselenturan dengan keterampilan dribble bola basket.
B. Menggriring (mendribble)
Teknis dasar sangat penting sekali bahkan merupakan dasar dari permainan untuk dapat maju mencapai prestasi maksmal. Kemahiran dalam menguasai teknik dasar sering dijadikan indikator untuk menentukan tingkat kemampuan pemain. Ini ditegaskan oleh Edy (1990) bahwa pemain yang mempunyai teknik dasar tinggi akan berbeda penampilannya dilapangan dibandingkan dengan pemain yang kurang menguasai teknik dasar. Dengan pengetahuan teknik dasar yang baik, pemain akan lebih mudah dalam memperagakan teknik dasar yang baik, pemain akan lebih mudah dalam mempergakan taktik permainan. Sebagai anggota tim, setiap pemain mempunyai peranan rangkap, yaitu sebagai individu dan sebagai anggota tim. Sebagai individu pemain harus memiliki dan mengusai teknik dasar bermain, sedangkan sebagai tim bersama pemain lainnya berkewajiban menggalang kerjasama yang kompak. Diantara teknik dasar yang sering diperagakan dalam permainan bola basket merupakan suatu keterampilan untuk mengecoh lawan untuk meloloskan diri dari kerumunan lawan pada situasi yang tidak memungkinkan untuk melempar atau menembak bola (PERBASI), 1971:57).
Ketangkasan dalam menggiring bola basket diperlukan untuk menghindari lawan dan juga mendekatkan bola ke ring basket. Bila dekat dengan basket akan memudahkan untuk menembak, kemungkinan untuk masuk akan lebih banyak dari pada menembak dari jarak jauh.
Menggiring bola basket pada dasarnya dapat dilakukan dua macam bentuk yaitu : menggiring rendah dan menggiring tinggi. Adapun guna dari menggiring rendah ialah untuk menyusun dan mengacaukan pertahanan lawan, dan guna menggiring tinggi ialah untuk memperoleh posisi mendekati basket lawan. Dalam sebuah buku menggiring antara lain : mulai dari tingkat rendahnya, berpindah tangan (cross over dribble), lewat belakang maupun bawah kolong dan berputar (reverse dribble), akan tetapi dalam permainan akan nampak jelas bahwa menggiring ini akan terbagi dua. Satu untuk melakukan menggiring tepat yang biasanya dilakukan menggiring tingggi dengan mendorong bila kedepan jauh. Yang kedua menggiring untuk melewati orang atau penjaga yang biasanya dilakukan menggiring untuk melewati orang atau penjaga yang biasanya dilakukan menggiring lewat bawah kolong dan lewat belakang kemudian Woden (1976) pada dasarnya bentuk dan teknik menggiring bola basket sebagai berikut :
1. Low or control dribble
2. High or speed dribble
3. High over dribble
Sedangkan kegunaan menggiring yang efektif menurut Woden (1976:134) sebagai berikut :
1. Perjalanan yang pendek menuju ring disaat terbuka
2. Untuk memajukan bola disaat panjang berada di belakang dan saat rekan tim dijaga ketat
3. Untuk serangan cepat dengan operan memotong
4. Mengkombinasikan dengan tipuan dan pivot untuk memperoleh kebebasan
5. Sebagai seorang penyerang mengancam untuk menjaga diri bermain terlalu rapat
6. Dalam serangan balik disaat tidak ada orang yang bebas di depan
7. Untuk melepaskan diri dari penjagaan dan keluar dari daerah
8. Untuk menjauhkan bola dari papan penjagaan dan keluar dari daerah yang ramai
9. Untuk membantu seorang guard pada situasi kerumunan lawan
10. Untuk menghabiskan waktu dan mengatur bola pada saat waktu permainan akan habis.
Perlu ditegaskan, agar pemain memiliki keterampilan menggiring yang baik, maka latihan keterampilan ini perlu diberikan sejak dini dibawah pengawasan pelatih. Kesalahan yang terjadi harus sudah dibenarkan sejak dini, sebab bila kesalahan itu sudah menjadi suatu gerak otomatis dari pemain, maka sulit untuk diperbaiki
C. Kecepatan
Bertentangan dengan kenyataan yang populer, kecepatan tidaklah semudah suatu sifat alam. Ditentukan bahwa kecepatan dibatasi oleh kapasitas genetik bagi aksi saraf otot, sebaik struktur tubuhnya tetapi atlet-atlet jarang mencapai potensi kecepatan yang berhubungan dengan kegesitan. Sebagaimana pendapat dari iskandar dan Ekos Kosasih bahwa : Kecepatan dan kegesitan adalah benar-benar keterampilan-keterampilan dari penggunaan tenaga cepat terhadap sistem pengungkitan tubuh. (Iskandar dan Engkos Kosasih, 1986:70).
Karena sistem pengungkit majemuk dibentuk oleh kerangka dan otot-otot kerangka dan juga keunggulan dari kelas pertama dan ketiga pengungkit dengan lengan-lengan tenaga pendeknya, tubuh manusia dibentuk untuk kecepatan dan kegesitan dari pada mengatasi perlawanan. Oleh karena itu kemampuan individu pada pemain bola basket mengnai kecepatan dan kegesitan dapat dikembangkan dengan memperbaiki keterampilannya dalam 4 cara penggunaan tenaga :
1. Jumlah tenaga yang digunakan
2. Arah dimana tenaga digunakan
3. Titik dimana tenaga diugnakan
4. Lama dari penggunaan tenaga
(Iskandar dan Engkos Kosasih, 1986:70).
Kemampuan individu bagi kecepatan dan kegesitan hanya dapat diciptakan dengan pengembangan kekuatan melalui jangkauan penuh dari gerakan kemudian menggunakan tenaga yang tepat bagi pemilikan keterampilan-keterampilan tertentu. Individu yang tidak terlatih dan tidak terampil dapat berlari disuatu perlombaan atau permainan tes kegesitan sekali dilakukan dengan cara sembarangan dan tidak pernah menampakan kemampuan yang sebenarnya bagi kecepatan atau kegesitan. Hal yang sama sering menjadi kenyataan bagi suatu kondisi atlet untuk menampilkan kebolehannya dari olahraga dari olahraga yang dikuasainya, jika ia memiliki teknik penggunaan seluk-beluk tenaga yang terdiri dari keterampilan-keterampilan olahraga. Konsep dari respon otot merupakan jalan yang terbaik untuk mulai pengembangan kecepatan dan kegesitan dengan menggunakan kekuatan kepada jangkauan penuh gerakan. Untuk latihan atlet dapat memilih untuk menambahkan sejumlah kecil dari penambahan berat untuk beban lebih otot. Atlet harus berlatih pola-pola pergerakan alami, sedikit demi sedikit menambah nomor dari penampilan yang sebenarnya dan dapat dilakukan dalam periode waktu yang pendek. Jadi latihan kecepatan dan kegesitan menjadi hasil pertumbuhan yang alami dari latihan kelenturan dan kekuatan. Kecepatan dan kegesitan untuk setiap keahlian atlet dapat dikembangkan dengan merinci keterampilan kedalam pola-pola pergerakan dasar dan bekerja pada pola-pola ini dengan latihan-latihan kelenturan, kekuatan dan kecepatan.
(Iskandar Z.A, 1986:71)
Atlet-atlet umunya belajar suatu keterampilan dalam garis besarnya saja dan hanya mau merinci jika terdapat suatu persoalan koordinasi. Respon otot datang jika bagian-bagian dari suatu keterampilan menjadi pola-pola dasar pergerakan yang digunakan dalam latihan kondisi, termasuk latihan-latihan kecepatan. Pendekatan ini dapat membantu atlet belajar keterampilan lebih baik dengan memberikan suatu wawasan kedalam keterampilan alamiah. Betapapun demikian tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki responsif dari otot-otot termasuk dalam pola-pola pergerakan dasar dimulai dengan analisa biomekanis melalui disiplin kinematik dan kinetik. Kinetik adalah analisa dari struktur fisik individu dan pendekatan biomekanik pribadinya tentang persoalan keterampilan. Analisa kinetik menyatakan keadaan geomeris dan sistem pengungkitan individu termasuk panjang dari tenaga dan berat lengan, posisi dari titik penumpu, suatu cara yang paling efisien dari penggunaan tenaga dan titik dari penggunaan tenaga diperlukan bagi pengangkatan yang termasuk dalam keterampilan khusus. Analisa kinematik menyatakan teknik kelenturan khusus, kekuatan dan penggunaan tenaga harus kita lakukan untuk memperbaiki penampilan kecepatan dan kegesitan bagi keterampilan khusus.
Kinetik adalah analisa dari keterampilan khusus dan perlakuannya dengan tenaga, massa, dan efek dari geraknya. Kinetik membantu individu mengerti akan keterampilan yang akan ditampilkannya. Mengerti akan kinetik dimulai dengan hukum kelembanan Newton, kecepatan dan reaksi.
Komentar dari analisa biomekanis telah termasuk disini karena kecepatan dan kegesitan adalah dua sifat yang menonjol dari mutu penampilan atlet. Penampilan tersebut adalah semata-mata indikator dari kemampuan atlit bagi pandangan si pelatih.
Banyak atlet-atlet besar gagal dengan mudah dalam dunia olahraga, karena tidak mengerti bagaimana untuk mencapai kemampuan dalam kecepatan dan kegesitan. Untuk mengerjakannya harus mencapai kemampuan dalam kecepatan dan kegesitan. Untuk mengerjakannya harus mengerti daerah keterampilan kita, bagaimana tubuh kita dapat menghasilkan yang terbaik keterampilan-keterampilan khusus ini. Bagaimana untuk merinci keterampilan ini kedalam pola dasar pergerakan untuk latihan kondisi. Dengan menambahkan respon otot dalam latihan kecepatan yang berhubungan dengan keterampilan, atlet dapat memperbaiki latihannya dan teknik latihan untuk mencapai kemampuannya dalam kecepatan dan kegesitan bagi keterampilan-keterampilan khusus (Iskandar Z.A, 1986:72).
Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu didalam cabang-cabang olahraga seperti nomor-nomor sprint, tinju, anggar, beberapa cabang olahaga permainan, dan sebagainya. Sebagaimana pendapat Harsono bahwa :
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Harsono, 1988:216).
Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan melempar bola ditentukan oleh singkat tidaknya dalam menempuh jarak gerak lempar.
D. Kelntukan
Dalam program latihan mutakhir saat ini, perhatian sering pada kekuatan, kecepatan, ketahanan, tetapi kelenturan dipakai, seringkali diterapkan pada program-program pemanasan pendek biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit lamanya.
Pelatih-pelatih menyuruh atlet-atlet agar benar-benar seikit menggerakan untuk mencegah otot hamstring dan otot kunci pada tertarik (quardricep).
Jika program pemanasan pendek diatur dengan baik dan atlet-atlet menunjukan latihan-latihan sebagaimana mestinya maka manfaat dari pemanasan akan berhasil. Betapapun efeknya hanya sementara dan hasilnya sedikit atau tidak menguntungkan dalam jangkauan gerak, kelembutan, kekenyalan, pengendoran atau satu dari manfaat latihan kelenturan. Sebagaimana pendapat dari Iskandar Z.A dan Engkos Kosasih (1986:15) bahwa : Kurangnya latihan kelenturan seringkali menghasilkan ketegangan

DAFTAR PUSTAKA
Aip Syariffudin, 1997, Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta PT . Gramedia Widiasarna Indonesia
Engkos Kosasih, 1985, Olah Raga Teknik Program Latihan, Jakarta, Akademi Pres
Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching, Jakarta, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Iskandar ZA. dan Engkos Kosasih 1986, Pelatihan Peregangan. Jakarta Akademika Pers
M Sajoto 1985, Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang.
Nur Hasan, 1986, Tes Dan Pengukuran Jakarta, Karunia Universitas Terbuka.
Suharsimi arikunto, 1987, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta, Bina Aksara.
Suharsimi Arikunto, 1991, Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktis, Jakarta PT. Rineka Cipta.
Sutrisnop Hadi, 1987, Statistic II Yogyakarta Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Sutrisno Hadi, 1990, Analisis Egresi Yogyakarta Andi Offset.